Archive for Februari 2016
A.N.T.R.O.P.O.M.E.T.R.I
Pengertian :
Antropometri
berasal dari kata Anthropos yang berarti tubuh dan metros yang berarti ukuran.
Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh.
Secara
umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia.
Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, tinggi lutut dan tebal lemak bawah
kulit.
Penggunaan
:
Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan
energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Berikut
ini saya akan membahas tentang antropometri dalam pengukuran tinggi lutut dan
biasanya dihubungkan juga dengan dengan panjang depa. Antropometri pengukuran
tinggi lutut ini biasanya diterapkan pada lansia (manusia lanjut usia) karena
hampir pada semua lansia tidak dapat berdiri lagi dengan tegak, sehingga data
tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut. Pada lansia digunakan tinggi lutut
karena pada lansia terjadi penurunan masa tulang (bungkuk) sukar untuk mendapatkan
data tinggi badan akurat. Sedangkan bagi lansia yang masih sehat dan
dapat berdiri tegak maka pengukuran tinggi badan dapat dilakukan dengan
mikrotoise.
Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula
atau nomogram bagi orang yang berusia >59 tahun.
Pria = (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x umur
(tahun)) + 64.19
Wanita = (1.83 x tinggi
lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun)) + 84.88
Pengukuran panjang depa :
Panjang depa relative
kurang dipengaruhi oleh pertambahan usia. Pada kelompok lansia terlihat adanya
penurunan nilai panjang depa yang lebih lambat dibandingkan dengan penurunan
tinggi badan sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang depa cenderung tidak
banyak berubah sejalan penambahan usia. Panjang depa direkomendasikan sebagai parameter
prediksi tinggi badan, tetapi tidak seluruh populasi memiliki hubungan 1:1
antara panjang depa dan tinggi badan.
Pria = 118,24 + (0,28 x Panjang Depa) – (0,07 x
Umur) cm
Wanita = 63,18 +
(0,63 x Panjang Depa) – (0,17 x Umur) cm
Berikut ini adalah macam- macam posisi yang
digunakan untuk mengukur tinggi lutut pada lansia :
a.
Posisi tidur
o
Pasien
terlentang pada tempat tidur (usahakan posisi tempat tidur/kasur
rata/horizontal)
o
Tempatkan alat
penyangga diantara lipatan paha dan betis kaki kiri membentuk siku (900)
o
Beri bantuan dengan
bantal pada bagian pantat pasien jika alat penyangga terlalu tinggi.
o
Telapak kaki pasien
membentuk siku (sudut 900)
o
Pasang alat pengukur
tepat pada telapak kaki bagian tumit dan lutut
o
Baca angka (panjang
lutut) pada alat secara seksama
o
Catat angka hasil
pengukuran
o
Lakukan pengukuran
sebanyak 3 kali
a.
Posisi duduk
·
Orang yang diukur duduk pada kursi
·
Posisi duduk sempurna (badan tegak, tangan bebas kebawah dan
wajah menghadap kedepan)
·
Lutut kaki yang diukur membentuk sudut siku (900)
·
Tempatkan alat pengukur tinggi lutut pada kaki sebelah kiri
·
Lakukan pengukuran
·
Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama
·
Catat angka hasil pengukuran
· Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali
Berikut ini adalah alat- alat yang
digunakan untuk mengukur tinggi badan atau lutut :
Reverensi
:
I
Dewa Nyoman Supariasa dkk, penilaian status gizi, penerbit buku kedokteran EGC
, Jakarta
Dr.
Arisman, MB , Buku Ajar Ilmu Gizi Gizi Dalam Daur Kehidupan, penerbit buku
kedokteran ECG jakarta
Dr.
Ari Istiany, M.Si dan Dr. Rusilanti,M.Si gizi terapan, PT.Remaja Rosdakarya
,Bandung